Total Tayangan Halaman

Senin, 05 September 2011

Selamatkan Persebaya Sekarang Juga!

SELAMA empat tahun terakhir, Persebaya tak pernah lepas dari masalah. Problem selama bertahun-tahun pun tetap sama, yakni gegeran antar pengurus. Kini masalah internal ini berimbas ke eksistensi Bajul Ijo di kompetisi sepanbola nasional. Persebaya terancam tidak ikut kompetisi. Lalu siapa biang dari keruwetan Persebaya saat ini?

Suka atau tidak suka internal Persebaya sendirilah yang patut mintai pertangungjawaban. Siapa internal Persebaya itu? Tak lain dan tak bukan adalah mereka yang selama ini mengklaim sebagai pemilik Persebaya, yakni 30 klub anggota. Mereka ini boleh saja mengklaim sebagai pemilik tim Persebaya, tapi secara tidak sadar mereka menjadi parasit, sekaligus biang masalah di tim ini.

Jika di-flashback ke belakang, klub juga lah yang mengkudeta Arif Afandi dari kursi Ketua Umum Persebaya, medio 2008 silam. Saat itu tanda-tanda klub kurang nyaman dengan kepemimpinan Arif mulai nampak sejak Arif gagal membawa Persebaya ke Superliga. Beberapa klub pun mulai melakukan manuver.

Puncaknya ketika Arif hendak membawa era baru di Persebaya, yakni era industri. Saat itu Arif menggandeng Medco Group sebagai investor. Berdalih takut Persebaya bernasib sama seperti Mitra Surabaya dan Persijatim, klub makin gencar menggoyang kursi Arif. Akhirnya Arif pun luluh. Mantan Pemimpin Redaksi (Pimred) salah satu koran lokal ini akhirnya mundur.

Posisi Arif digantikan Saleh Ismail Mukadar. Nama Saleh sudah mencuat sejak posisi Arif goyang. Nampaknya Saleh adalah sosok yang sudah disiapkan klub sebagai pengganti. Dengan mudah Saleh melenggang ke kursi Ketua Umum Persebaya ex-officio Ketua Pengcab PSSI Surabaya, 2008 silam. Tapi baru dua tahun Saleh menjabat, posisinya kembali goyang.

Saat itu, benih perpecahan di Persebaya mulai tumbuh menjelang Musyawarah Cabang (Muscab) PSSI Surabaya yang berlangsung, Senin (26/4/2010) malam hingga, Selasa (27/4/2010) dini hari. Puncaknya terjadi saat Muscab. Sebanyak 11 klub, yakni Suryanaga, Fatahillah, Setia Naga Kuning, IM, Fajar, Polda Jatim, Reedo, Sakti, Bintang Timur, Putera Indonesia, PS AD memboikot Muscab.

Sebelum aksi boikot itu, Muscab juga diwarnai dengan baku hantam antara dua petinggi tim Nanggala dan Ega Putra dengan Cholid Goromah. Media mencium, saat Muscab ini beberapa klub sudah menyiapkan pengganti Saleh. Faktanya, di Rumah Makan Taman Sari malam itu, hadir Wisnu Wardhana yang lengkap menggunakan syal hijau khas Persebaya.

Saat itu Wisnu menunggu di lantai dasar, sedangkang Muscab sendiri berlangsung di lantai dua. Karena Muscab berlangsung ribet dan panjang, Wisnu akhirnya meninggalkan Taman Sari. Dugaan media bahwa Wisnu adalah calon yang disiapkan untuk mengganti Saleh akhirnya terjawab di Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub) di Hotel Utami, Senin, 7 Juni 2010 silam.

Muscablub dimana Wisnu akhirnya terpilih ini berlangsung tertutup. Banyak keganjilan yang ditemui, seperti tidak jelasnya jumlah klub yang hadir serta proses terpilihnya Wisnu itu sendiri. Dari pantauan di lokasi, hanya ada 13 klub yang datang, antara lain, Suryanaga, Assyabbab, Mahasiswa, Fatahillah, Sakti, Reedo, Fajar, HBS, Mitra, Setia Naga Kuning, Ega Putra, Nanggala dan PSAD.

Namun menurut ketua tim caretaker, Wastomi Suheri, dari 30 undangan, sebanyak 17 klub hadir di Muscablub. Tapi ketika diminta untuk merinci, Wastomi berlagak lupa. Anehnya lagi, beberapa unsur yang tidak mempunyai suara, seperti pengawas pertandingan dan wasit diperbolehkan masuk. Lucunya, salah seorang suporter Persebaya, Bonek bahkan dipersilahkan masuk.

Jumat 15 Oktober 2010 siang, kubu Wisnu melakukan pertemuan di rumah dinas Wisnu, di daerah Jambangan, Surabaya. Agenda pertemuan itu adalah Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub) Persebaya Surabaya dan dihadiri 14 klub. Wisnu mendapat back up dari mantan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid. Agar tidak dikira hanya membual, Wisnu pun menunjukkan surat mandat dengan nomor 2503/PGD/72/X-2010 yang ditandatangani Nurdin dan Sekjen PSSI, Nugraha Besoes.

Persebaya pun resmi pecah. Persebaya Wisnu bermain di Divisi Utama (DU). Sedangkan Persebaya yang dikomando Saleh Mukadar dan Cholid Goromah berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Agar tak dianggap sama, Persebaya versi Saleh ini menambahkan embel-embel 1927 di belakang namanya. Usai itu, penulis tak perlu menjelaskan lika-liku perjalanan kedua tim ini. Sebab, sudah pasti anda-anda pembaca setia beritajatim.com mengetahuinya.

Setahun berselang. Saat PSSI sudah berganti kepemimpinan ke Djohar Arifin Husin, kondisi internal Persebaya masih saja sama, terpecah. Kubu Saleh dan Cholid merasa paling benar, karena mereka didukung mayoritas klub anggota. Sedangkan klub-klub sisanya menyokong Wisnu Wardhana. Sampai tulisan ini diturunkan, kedua pihak tak mau berdamai.

Imbasnya tentu ke Persebayanya sendiri. Salah satu tim legenda di Indonesia itu kini terancam tidak bisa mengikuti kompetisi anyar yang rencananya digeber, 8 Oktober nanti. Tentu pecinta Persebaya tak ingin kemungkinan buruk itu terjadi. Sudah cukup. Kini saatnya pihak-pihak yang mengaku pemilik serta cinta Persebaya itu duduk bersama.

Buang ego masing-masing dan berpikir bagaimana mengembalikan kejayaan Persebaya. Sudah cukup. Hentikan kekisruhan ini. Save Our Persebaya, Now.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar